Resensi Novel Janji

Peresensi: Hera Budiman

Judul: Janji

Penulis: Tere Liye

Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara, Depok

Percetakan: PT Gramedia, Bandung

Tahun terbit: Juli 2021

Jumlah halaman: 486 + 2

Harga: Rp89.000 (P. Jawa)

Novel Remaja +15

 

“Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Dan kita pasti akan menggenapkan janji yang satu ini: mati.”

 

Buku ini bagus untuk dibaca para remaja dan dewasa. Novel ringan ini bercerita tentang satu pelajaran penting tentang hidup seorang Bahar, sang tokoh utama. Cerita diawali dengan tiga orang siswa sekolah agama yang diberi tugas oleh gurunya. Mereka adalah Hasan, Baso, dan Kaharuddin, yang merupakan tiga sahabat dengan karakter yang berbeda. Hanya ada satu kesamaan yang mereka miliki: mereka adalah anak-anak remaja cerdas. Tugas yang diberikan oleh Buya, sang guru, bukan sembarang tugas. Meskipun awalnya seperti hukuman, tugas menemukan seseorang yang merupakan alumni sekolah tersebut menjadi inti dari keseluruhan cerita dalam novel Janji ini. Orang yang harus ditemukan ini menempati tempat istimewa di hati sang guru karena satu hal. Dengan alur maju mundur, inti cerita novel sebenarnya adalah justru tentang Bahar, sang alumni yang harus dicari itu.

Bagi penggemar novel-novel Tere Liye, novel Janji mengingatkan saya pada kisah Ray dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Ceritanya berbeda, tetapi sama-sama berkisah tentang seorang lelaki yang memegang teguh satu prinsip hidupnya. Cara bercerita dalam buku ini sangat khas penulisnya. Bagi pembaca setia buku-buku Tere Liye, pasti akan langsung mengenali gaya penulisan novelis ini. Novel ini mudah dibaca tetapi (seperti biasa) memerlukan waktu untuk mencerna makna setiap kejadian dalam cerita. Yang menarik, novel Janji ini seperti camilan yang selalu ingin dibaca ulang. Setiap membaca ulang satu kejadian, pembaca akan menemukan hal baru yang sebelumnya mungkin masih tersembunyi.

Gaya bertuturnya enak dan mengalir, membuat pembaca novel enggan beranjak dari tempat duduk dan ingin terus menyelesaikan bacaannya. Dalam novel Janji ini, penulis menyelipkan banyak pesan pada pembacanya. Ada pesan yang dimasukkan dengan halus dalam cerita, seperti kerukunan di antara dua tokoh dengan latar belakang suku yang berbeda, yaitu tokoh utama dan kekasih hatinya. Ada yang terasa dipaksakan ketika penulis ingin memberikan pemahaman pada pembaca tentang situasi tahun 90-an lewat kilas balik cerita. Namun, secara keseluruhan, Tere Liye berhasil memberikan pengetahuan pada pembaca usia muda tentang hal yang tidak diketahui generasi yang lahir setelah tahun 2000-an.

Saya salut dengan pemikiran penulis novel ini. Dia mencoba menggambarkan kesuksesan hidup dari sisi yang berbeda. Hidup ternyata bukan hanya hitam dan putih, ada warna-warna lain dalam perjalanan setiap manusia, termasuk Bahar, si tokoh utama. Kejadian satu dan lainnya saling berkelindan, satu kejadian menjadi sebab kejadian lainnya. Itulah hidup dan kehidupan. Bagaimanapun kerasnya usaha manusia menghindari atau menginginkan sesuatu, jika itu bukan takdirnya, tidak akan terjadi.

Para pembaca diajak memahami makna kesuksesan hidup dari sudut pandang berbeda, setelah menyelami kehidupan Bahar melalui setiap episode kehidupannya. Secara keseluruhan, novel ini bagus untuk dibaca. Buku Janji ini bukan hanya berguna sebagai bacaan untuk refreshing dari rutinitas kerja, tetapi juga bisa menjadi bahan diskusi dengan anak-anak remaja kita. Satu penggalan episode kisah Bahar bisa menjadi satu topik diskusi. Buku ini lebih dari sekadar bacaan pengisi waktu. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari setiap peristiwa yang terjadi dalam cerita. Pembaca mungkin dapat menemukan perspektif baru tentang makna sebenarnya dari kesuksesan hidup, seperti halnya Hasan, Baso, dan Kaharudin. Lalu, pemahaman baru apa yang ditemukan tiga sahabat ini dalam pencariannya menemukan Bahar? Jawabannya ada dalam novel Janji ini.

3 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like