Menyapa Diri, Sebuah Refleksi

Menyapa Diri, Sebuah Refleksi

Dear me,

I have a story to tell, a feeling to share.

Do you have time so I can talk about it?

Remember when me, myself, and I used to talk about everything?

I miss those moments.

You don’t have to say anything, just listen.

You don’t have to understand it, just pretend you do.

You’ll eventually get it, though.

That way, hopefully these things I’m carrying now will be lighter.

Thank you, dear me.

Love,

Myself

 

Terkadang yang kita perlukan hanya hening, karena bersama sunyi kita akan mudah memeluk diri.

Dear me.

Apa kabarmu saat ini? Bukan, ini bukan sapaan basa-basi. Aku benar-benar ingin tahu kabarmu saat ini. Bahagiakah? I hope you are. Tahun ini memang sangat istimewa buat kita. Kamu masih ingat kan perjuangan kita sepanjang tahun lalu? Tahun penuh tantangan dan sangat menguras emosi kita. Maafkan aku yang memintamu untuk selalu tampil kuat. Saat itu aku berpikir itulah satu-satunya cara ketika semua harus berpusat pada satu titik: kamu.

Dear me.

Terima kasih telah membuatku sadar di akhir tahun lalu. Kamu katakan bahwa jika semua jawaban justru ada pada rasaku. Masih ingatkah kamu ketika memintaku untuk bahagia? Kamu juga katakan jika itu akan membuatku lebih mudah membagikan rasa itu untuk orang-orang tercinta di sekeliling kita. Lalu, awal tahun ini aku melakukan semua saranmu. Kumulai dengan rasa percaya diri dan jujur pada rasa, lalu tantangan-tantangan hidup itu terurai satu per satu by me, I, and myself.

Dear me.

Ternyata Sang Sutradara Kehidupan memilihkan cerita lain untukku lewat kejadian luar biasa yang melanda dunia tahun ini. Awal tahun 2020 yang menjanjikan keteraturan dengan rencana-rencana yang kamu susun itu, aku pikir bisa kita eksekusi satu per satu. Siapa sangka pertengahan Maret lalu everything seemed to be out of control. Semua rencana yang berbaris rapi, seakan berhamburan keluar dari barisan. Aku tahu itu membuat kamu galau dengan keadaan. Maafkan aku tidak menyapamu saat itu, padahal kutahu kamu perlu pelukanku.

Dear me.

Bagaimana kabar rasamu saat ini? Apakah kamu temukan kembali ketenangan rasa seperti Ramadan lalu? Aku tahu betapa bahagianya kamu bulan itu. Katamu itu adalah Ramadan paling syahdu sepanjang hidupmu. Di bulan itu kamu merasa dekat dengan aku dan kita merasa perlu berterima kasih pada pandemi. Betapa tidak, bulan itu kita bercengkerama erat dan lama. Hanya me, I, and myself. Kita bersama mencoba memeluk Rabb. Seperti katamu, Tuhan memang baik. Sangat baik.

I, me, and myself

Dear me.

Waktu terasa cepat berlalu dan kamu sudah berhasil merapikan (hampir) semua rasa yang ada, rasa yang hilang dan timbul, rasa yang membuatmu hidup. Though you were bleeding to finally know that you’re alive, you made it! Alhamdulillah, ada Si Mata Elang yang tak pernah bosan mengingatkan betapa indah karunia-Nya, ada wonderful three yang menjadi cermin diri terutama di beberapa waktu terakhir ini. Merekalah orang-orang yang berhasil membuatmu bertumbuh. Setidaknya, kamu selalu belajar menjadi versi terbaik dirimu. Mereka pula yang selalu ada setiap kamu merasa lelah. Bahkan, ketika kamu sulit mengenali rasamu, they are always there for you.

Dear me.

Don’t be too hard on yourself. Tidak apa jika sesekali kamu melakukan kesalahan atau hal konyol. Don’t be overthinking. Jangan penuhi kepalamu dengan what-if atau I-could’ve. Kamu sendiri kan tahu, keinginanmu untuk sempurna itu yang membuat banyak pekerjaan tertunda. Sepertinya aku harus sering menyapamu tentang ini nanti. I know you need me for this. Semoga tidak ada lagi kata procrastination nanti. Janji, ya!

Dear me.

Thank you for listening to my story and embracing my feelings. Aku bahagia menjadi kamu. Kamu juga, bukan? Aku bangga menjadi kamu. Kamu pun, bukan? Maukah kamu menemaniku menuntaskan semua homework kita tahun ini? Temani aku bersiap untuk selalu bertumbuh to be my best ‘self’. Sapa aku lebih sering lagi, ya.

Dear me, I love you and I’m proud of you. 

Let’s embrace our moment of silence this coming Ramadan.

 

Love,

Myself

Ditulis ulang dari catatan my morning journal tanggal 23 November 2020 dan pertama dibagikan di grup WA komunitas literasi KMB.
0 Shares:
6 comments
  1. Suka banget baca tulisannya, mencintai diri sendiri itu sangat penting. Memberikan ruang untuk bersyukur dan berkembang secara tepat tanpa menghakimi dan menyalahkan diri sendiri.

  2. MasyaAllah, terbawa suasana aku membacanya. Aku jarang menyapa diri sendiri. Sekedar bertanya apakah aku baik-baik saja? Ach rasanya campur aduk. Merasa bersalah pada diri sendiri. Terimakasih artikelnya mba hera. Mengingatkan diri ini untuk menyapa dan selalu bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang ini.

  3. Idenya keren ini. Menyurati diri sendiri. Perlu juga deh menyapa diri sendiri, apakah baik-baik saja atau enggak.
    Bener juga ya, keinginan untuk sempurna, malah banyak kerjaan tertunda.
    Makasih artikelnya…

  4. Sekali waktu memang kita sejenak harus menjauhkan diri dari hingar bingar dunia hanya untuk merenungkan siapa sih kita ini….kalau perlu melakukan juga Me Time bersama Allah, agar kita menyadari bahwa sejatinya kita hanyalah seorang hamba….

  5. Inspiratif…
    Jadi teringat, kita selalu ada buat orang-orang tercinta pun banyak orang lainnya tapi lupa dengan diri kita sendiri. Sebuah langkah untuk mengingat dan mengapresiasi diri. Keren, Mbak

  6. Seperti sedang membaca surat untuk dirku sendiri. Betapa aku mencoba untuk kuat dan tegar melewati tahun lalu hingga detik ini. Makasih mba Hera, sudah menuliskan kata-kata indah untuk jiwa yang lelah. Keep strong and keep inspiring!

Leave a Reply to Dian Restu Agustina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like