Ketika Anak-Anak Menjadi Monster Buku

“Ada lebih banyak harta di dalam buku daripada yang didapat perampok di pulau harta.”

(Walt Disney)

 

Karena ingin mewariskan banyak “harta” pada anak-anak, salah satu misi saya sebagai ibu adalah membuat anak-anak gemar membaca. Memiliki anak yang suka membaca pasti akan membanggakan orangtua, bukan?

Sama seperti orangtua pada umumnya, dimulailah perburuan buku-buku untuk bayi pada saat anak pertama hadir. Bukan itu saja, bahkan buku-buku yang harganya fantastis pun saya bela-belain beli. Untuk apa? Supaya si anak senang buku. Berhasilkah? Ternyata misi ini tidak berhasil sempurna untuk anak pertama. Kata banyak orang, anak pertama selalu menjadi percobaan misi orangtua. Anda pun mengalaminya?

Setelah diingat-ingat, ternyata memang proses menuju misi membuat anak gemar membaca tidak dijalankan dengan baik waktu itu. Buku-buku banyak, tetapi hanya berderet rapi di lemari buku. Cita-cita sih ingin memiliki anak yang gemar membaca, tetapi saya justru menikmati kegiatan membaca jika sendiri, tanpa diganggu si batita ini.

Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, dibuatlah semacam kegiatan terencana supaya tujuan tercapai, ketika anak kedua lahir, 6 tahun kemudian. Bukan hal yang rumit kegiatan terencana tersebut, meskipun tidak mudah pula untuk kita lakukan jika tidak memiliki komitmen yang kuat. Namun, buah dari perencanaan itu, ditambah konsistensi menjalankannya, dapat dipetik sekian tahun kemudian.

Yang pertama dan utama harus kita lakukan adalah memiliki komitmen  dan konsistensi kuat ketika menjalaninya. Setidaknya ada 4 hal yang harus ada dalam keluarga berkenaan dengan buku dan kegiatan membaca ini.

Pertama adalah memberi teladan pada anak. Children see, children do, demikian ungkapan yang sering kitra dengar. Anak-anak akan lebih mudah melakukan sesuatu jika mereka melihat contoh dibandingkan dengan mendengar kalimat perintah. Anda setuju bukan bahwa anak adalah peniru ulung (great imitator)? Coba saja kita lakukan kebiasaan baik berulang-ulang dan biarkan anak kita melihatnya pada setiap kesempatan. Apa yang terjadi? Anak kita pasti akan melakukannya juga, meskipun mungkin kita tidak menyuruhnya melakukan itu.

Begitu pun dengan kegiatan membaca. Tentu saja akan lebih mudah bagi kita membuat anak suka buka dan akhirnya gemar membaca, jika kita pun menyukai buku dan menikmati aktivitas membaca. Bukankah demikian? Setidaknya, kita mencoba menanamkan pemahaman pada anak bahwa buku adalah “mainan” yang sangat menarik. Kita biarkan anak melihat betapa kita menikmati aktivitas membaca buku.

(to be continued)

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like